Karena sering munculnya mitos-mitos aneh yang berhubungan dengan kisah misteri di gunung salak, ada baiknya kali ini kita ungkap misteri satwa-satwa unik dan aneh penghuni gunung angker ini. Sudah pasti ceritanya tidak seram seperti yang Anda bayangkan, khusus dalam urusan perspektif khasanah margasatwa yang terkandung didalamnya. Simak ulasan berikut.
1. Macan tutul
Dalam nama ilmiah dikenal sebagai Panthera pardus merupakan salah satu dari empat kucing besar. Hewan ini dikenal juga dengan sebutan harimau dahan karena kemampuannya memanjat. Pada mulanya, orang berpikiran bahwa macan tutul adalah hibrida dari singa dan harimau, sehingga muncul nama “leopard” di kalangan peneliti Eropa awal. Macan tutul jawa (P. p. melas) adalah fauna identitas Jawa Barat dan termasuk hewan yang terancam punah di Indonesia.
Macan tutul berukuran besar, dengan panjang tubuh antara satu sampai dua meter. Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam dikepalanya berukuran lebih kecil. Macan tutul betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.
2. Owa jawa
Dikenal juga sebagai Hylobates moloch, merupakan sejenis primata anggota suku Hylobatidae. Dengan populasi tersisa antara 1.000 – 2.000 ekor saja, kera ini adalah spesies owa yang paling langka di dunia. Owa jawa menyebar terbatas (endemik) di Jawa bagian barat.
Owa jawa tidak memiliki ekor, dan tangannya relatif panjang dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tangan yang panjang ini diperlukannya untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan dan ranting di tajuk pohon yang tinggi, tempatnya beraktifitas sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan, dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman.
Satwa ini merupakan hewan diurnal dan arboreal, yang sepenuhnya hidup di atas pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan bunga-bungaan, kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara memanjat dan berayun dari satu pohon ke lain pohon dengan mengandalkan kelincahan dan kekuatan lengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai hingga 8 kg.
3. Surili
Merupakan grup dari monyet Dunia Purba dan membuat genus Presbytis. Mereka hidup di bagian selatan semenanjung Malaya, di Sumatra, Borneo, Jawadan pulau kecil disekitarnya. Umumnya warna tubuh Surili dewasa mulai dari kepala sampai bagian punggung hitam atau coklat dan keabuan. sedangkan warna rambut jambul dan kepala berwarna hitam. Rambut yang tumbuh dibawah dagu, dada dan perut, bagian dalam lengan kaki dan ekor, berwarna putih. Warna kulit muka dan telinga hitam pekat agak kemerahan. Anak yang baru lahir berwarna putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ekor.
Kehidupan Surili menempati hutan primer dan skunder mulai dari hutan pantai hingga hutan pegunungan pada ketinggian sekitar 2.000 meter diatas permukaan laut (Mdpl). Komposisi pakan Surili terdiri dari daun muda atau kuncup daun (64%), buah dan biji (14%), bunga (7%), dan sisanya (15%) berbagai jenis makanan lain seperti serangga.
4. Elang Jawa
Dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai Nisaetus bartelsi merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.
Penyebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Sepertinya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.
5. Bangkong bertanduk
Merupakan sejenis kodok dari suku Megophryidae. Nama ilmiahnya adalah Megophrys montana Kuhl & van Hasselt, 1822. Namanya dalam bahasa Inggris adalah horned frog. Katak yang bertubuh pendek agak gendut, kepala besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong. Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil, terdapat di ujung-ujung rahang. Ukuran tubuh umumnya sedang sampai besar, 60-95 mm; katak jantan lebih kecil daripada betinanya.
Katak ini sangat ahli melakukan penyamaran yang sempurna dari warna dan bentuk tubuh di lantai hutan, menyebabkan bangkong bertanduk sulit dikenali di siang hari. Katak ini kerap bersembunyi di bawah serasah hutan, dan baru pada malam hari aktif menjelajahi lantai hutan hingga ke pinggiran sungai. Berudu katak bertanduk memiliki mulut serupa corong, biasanya ditemukan di bagian sungai yang menggenang atau yang kurang berarus. M. montana menyebar terbatas di Jawa, dan Sumatra Barat. Di Jawa, terutama didapati di pegunungan, di atas 800 m dpl.