10 Pilot yang Dinobatkan sebagai Pahlawan dari Langit

Ditulis oleh: - -

Tidak semua pesawat yang mengalami kondisi abnormal dalam penerbangan berakhir dengan bencana mematikan. Namun atas kuasa Tuhan, ada beberapa pilot berikut ini yang berhasil mendaratkan pesawat di atas sungai, ladang jagung, hingga mendarat tanpa roda dengan korban jiwa minimal, yang kemudian dunia penerbangan menobatkan mereka sebagai pahlawan dari langit. Siapa saja kah mereka? Simak yang berikut ya.

1. Bob Freeberg, pilot Amerika pahlawan Indonesia
Robert Earl Freeberg, adalah salah satu orang yang berjasa di awal kemerdekaan Indonesia. Pilot bayaran berkebangsaan Amerika Serikat ini gagah berani terbang menembus blokade udara Belanda. Bob belasan kali menjalankan operasi 'black flight' atau penerbangan gelap menyelundupkan candu dan berbagai hasil alam Indonesia untuk ditukar senjata atau uang di luar negeri. Hasil penyelundupan itu digunakan pemerintah Soekarno untuk membiayai negara di masa sulit awal kemerdekaan.


Bob Freeberg, pilot Amerika pahlawan Indonesia

Di mata Presiden Soekarno, Bob adalah orang yang idealis. Dia ditakdirkan datang untuk membantu perjuangan rakyat Indonesia. "Seorang pemuda pada suatu hari muncul entah darimana dan memperkenalkan dirinya. Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?" demikian Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.

Bob adalah mantan penerbang tempur Angkatan Laut Amerika Serikat saat perang dunia ke II. Setelah perang berakhir, pria asal Kansas ini menjadi pilot carter CALI (Commercial Air Lines Incorporated) Filipina. Dia bertemu Opsir Udara III Petit Muharto Kartodirdjo di Singapura dan segera menyatakan kesediaannya untuk melakukan penerbangan untuk membantu Indonesia.

Bob kemudian menabung dan membeli sebuah pesawat angkut DC-3 Dakota. Dia memberi nama pesawat itu RI-002. Kenapa bukan RI-001? Bob berpendapat nama RI-001 selayaknya diberikan untuk nama kehormatan pesawat pertama yang dimiliki Indonesia. Ketika Bob disewa, Indonesia tak punya satu pun pesawat angkut.

Bob membantu menyelundupkan emas, candu, perak, kina dan karet dari Indonesia ke luar negeri. Lalu dia membawa senjata, pakaian dan obat-obatan dari luar negeri ke Indonesia. Kisah petualangan Bob seru seperti di film action saja.

Bob juga banyak membantu TNI untuk melakukan operasi militer. Dialah pilot operasi penerjunan pertama yang dilakukan Angkatan Udara Republik Indonesia. Pada 17 Oktober 1947, Bob menerbangkan RI-002 dari Bandara Maguwo ke Kotawaringin, Kalimantan Tengah. TNI menerjunkan 12 prajurit AURI untuk menembus blokade Belanda dan mengobarkan perlawanan di sana.

Bob pula yang mengantar Soekarno berkeliling Sumatera guna meminta sumbangan rakyat untuk membantu perjuangan RI. Rakyat Aceh kemudian menyumbang 20 Kg emas yang kemudian dibelikan pesawat Dakota dengan nama seulawah atau gunung emas. Pesawat ini yang kemudian diberi nomor registrasi RI-001.

Bob memang seorang pilot bayaran. Tapi dia terlibat secara emosional dalam perjuangan bangsa Indonesia. Bob tak bisa menerima perlakuan sewenang-wenang Belanda terhadap rakyat Indonesia. Dalam surat-surat yang dikirimkan ke keluarganya di AS, Bob selalu menggambarkan penghormatannya untuk rakyat Indonesia.

"Sangat menakjubkan melihat rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan mereka," kata Bob. Namun sayangnya nasib Bob berakhir tragis. Pesawatnya jatuh saat mengirim emas 20 kilogram ke Palembang. Tanggal 29 September 1948, pesawat Dakota milik Bob jatuh di belantara hutan. Diduga pesawat itu ditembak jatuh pesawat pemburu Belanda.

"Dia mengalami kecelakaan saat aku mengirimnya ke Palembang untuk membawa uang untuk membantu gerilya di Sumatera. Tak pernah aku akan melupakan kawanku orang Amerika, Bob Freeberg," kata Soekarno.

2. Abdul Rozaq, pendaratan di sungai Bengawan Solo
Menjadi pilot pesawat komersial mungkin lebih berat ketimbang jenis pesawat yang lain. Selain mengemudikan pesawat, sang pilot juga harus bertanggung jawab atas keselamatan seluruh penumpang selama mengudara.


Abdul Rozaq, pendaratan di sungai Bengawan Solo

Dalam penerbangan dari Mataram-Yogyakarta pada 16 Februari 2002, tiba-tiba mesin Boeing 737 milik Garuda Indonesia ngadat dan mati akibat cuaca buruk di langit Purwodadi, Jawa Tengah. pesawat berada di ketinggian 23 ribu kaki dengan kecepatan 550 knot.

Sang pilot, Abdul Rozaq, akhirnya memutuskan mendaratkan pesawat yang membawa 101 penumpang itu di sungai Bengawan Solo, Klaten. "Kopilot sempat menyarankan mendarat di area persawahan, tapi saya tahu banyak galengan tentu amat beresiko," kata pilot kelahiran Kudus, 29 Maret 1957, itu dalam buku Miracle of Flight yang dirilis tahun 2009. Kecuali seorang pramugari yang duduk di bagian ekor pesawat, para penumpang dan kru lainnya selamat.

3. Anwar Haryanto, mendarat tanpa roda depan
Sebelum Tadeusz Wrona mendaratkan Boeing 767 di Bandara Warsawa, Polandia, tanpa roda pada 1 November 2011, Kapten Anwar Haryanto melakukan hal serupa. Tepatnya, pilot Lion Air itu mendaratkan pesawat MD-90 di Bandara Hang Nadim, Batam, pada 23 Februari 2009 tanpa roda depan.



Anwar Haryanto, mendarat tanpa roda depan

Pesawat dengan nomor penerbangan JT-972 yang berangkat dari Medan itu sempat berputar-pitar di udara selama satu setengah jam. Pilot kelahiran Pati, 8 Juni 1960, itu akhirnya memutuskan tetap mendarat setelah upayanya mengeluarkan roda depan gagal. Petugas pemadam kebakaran sudah siaga di bandara. Pendaratan tanpa nose gear, sedangkan main gear tetap berfungsi. Pendaratan bergeser ke posisi kiri runway, terjadi percikan api saat pendaratan.

Begitu mendarat, petugas pemadam langsung menyemprotkan air guna mencegah kebakaran. Bandara langsung ditutup karena runway tidak dapat digunakan. Para penumpang langsung dievakuasi ke terminal penumpang. Pihak Lion Air menyediakan tempat penginapan bagi penumpang yang hendak meneruskan perjalanan. Sedangkan penumpang Batam diantar ke rumah masing-masing.

Pihak bandara dan Lion Air langsung mengontak KNKT untuk meminta izin memindahkan pesawat agar bandara bisa digunakan. Namun sampai berita diturunkan, pemindahan belum bisa dilakukan karena membutuhkan alat berupa crane dan belt. Pemindahan pesawat tanpa mengeluarkan bahan bakar (fuel draining).

4. Dennis Edward Fitch
Pada 19 Juli 1989, sebuah pesawat DC-10 milik United Airlines dari Denver menuju Chicago terpaksa mendarat di sebuah ladang jagung di Sioux City, Iowa. Pesawat yang membawa sekitar 300 penumpang itu kehilangan kendali setelah mesin di bagian ekor meledak dan melumpuhkan sistem hidrolik.


Dennis Edward Fitch

Secara teoretis, pesawat yang dikendalikan Kapten Al Haynes di atas ketinggian 37 ribu kaki itu tak mungkin selamat. Tapi Dennis Fitch, pilot yang kebetulan menjadi salah satu penumpang, tak mau menyerah kepada keadaan. Dia memandu Haynes dan para kru tetap tegar mengendalikan pesawat.

“Mengetahui 112 orang tidak berhasil keluar dengan selamat benar-benar membuat hatiku hancur,” kata Fitch beberapa hari setelah kejadian. Sebaliknya, pramugari Susan Callandar menyebut Fitch sebagai pahlawan, yang berperan penting dalam menyelamatkan sebagian besar penumpang. Fitch, yang lahir pada 19 Desember 1942 di Pittsburgh, meninggal pada 7 Mei 2012 akibat kanker otak.

5. Eric Moody, Insiden Gunung Galungung 1982
Larangan terbang di sejumlah negara Eropa akibat pergerakan gumpalan asap abu dari ledakan gunung di Islandia dalam beberapa hari terakhir membawa Eric Moody kepada kenangan lama saat masih aktif menjadi pilot. Pasalnya, dia pernah mengalami bahayanya terbang di langit yang penuh abu.


Eric Moody, Insiden Gunung Galungung 1982

Itulah sebabnya Moody mendukung larangan terbang saat abu masih menyelimuti langit. Selain mengganggu pandangan pilot, abu dari letusan gunung itu bisa membuat mesin pesawat mati mendadak di tengah penerbangan.  

Kepada salah satu stasiun televisi, Moody teringat saat menerbangkan pesawat British Airways dari Inggris menuju Australia pada 24 Juni 1982. Moody tidak mengetahui bahwa pada saat itu terjadi letusan Gunung Galunggung ketika pesawat British Airways, dengan nomor penerbangan 9, berada di langit Jawa Barat, Indonesia.

Peristiwa yang tak mengenakkan pun terjadi saat pesawat Boeing 747-200 yang membawa 263 penumpang itu terbang di tengah kepulan asap abu dari letusan gunung. "Empat mesin pesawat semuanya mati," kata Moody, Jumat 16 April 2010. Ketika itu pesawat berada di ketinggian 36.000 kaki (11.000 meter).

Bersama asistennya, Moody sepakat untuk melakukan pendaratan darurat di kota terdekat, yaitu Jakarta. Namun, masalah lain muncul. "Kami saat itu tidak bisa melihat pemandangan di luar lewat kaca depan dan sebagian dari panel elektronik untuk membantu pendaratan darurat tidak jalan," kata Moody melanjutkan.

Sebagai kapten pesawat, Moody pun berupaya tenang kendati semua mesin mati dan sebagian perangkat elektronik tidak berfungsi. Lewat pengeras suara, dia pun meminta semua penumpang bersiap mengalami pendaratan darurat.

"Selamat malam bapak-bapak dan ibu-ibu, di sini Kapten Eric Moody yang berbicara. Kita mengalami sedikit masalah karena empat mesin semuanya tidak berfungsi. Kita sedang berupaya keras untuk mengaktifkan mereka kembali. Saya harap Anda semua tidak terlalu resah," demikian pengumuman Moody yang legendaris itu.

Menurut serial film dokumenter, Air Emergency: Air Crash Investigation, banyak penumpang saat itu sudah menulis pesan terakhir kepada kerabat. Mereka merasa pengumuman pilot itu pertanda pesawat bakal jatuh.

"Bu, kita lagi ada masalah. Pesawat mau jatuh. Akan berbuat yang terbaik untuk anak-anak. Kami cinta kalian. Maafkan aku, Pak," tulis seorang penumpang, Charles Capewell, dalam pesan untuk orang tuanya yang dia tulis di dompetnya.

Kekhawatiran para penumpang akhirnya tidak terwujud. Di ketinggian 13.000 kaki, tiga mesin pesawat kembali berfungsi. Moody dan asistennya berhasil melakukan pendaratan darurat di Jakarta.

"Saya tidak tahu seberapa tebal abu itu. Tapi yang jelas saya tidak mau berada di dekat hujan abu lagi," kata Moody mengenai hujan abu kiriman gunung dari Islandia, yang meletus Rabu 14 April 2010. Bisa jadi pengalaman yang dialami Moody menjadi pelajaran berharga bagi otoritas penerbangan untuk tidak memaksakan diri menerbangkan pesawat di tengah hujan abu.

6. Hooshang Shahbazi, mendarat tanpa roda depan
Menteri Transportasi dan Perumahan Republik Islam Iran, Ali Nikzad, menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seorang pilot senior Iran, Houshang Shahbazi, yang berhasil melakukan pendaratan dengan pesawat yang mengalami gangguan teknis. Demikian yang dilaporkan salah satu televisi swasta (6/11).


Hooshang Shahbazi, mendarat tanpa roda depan

Nikzad mengatakan, "Kapten Shahbazi beserta krunya berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat berkat keyakinan mereka kepada Allah Swt dan ketangkasan yang luar biasa."

"Tidak ada yang cedera dan ini menunjukkan kepiawaian serta kemampuan pilot-pilot kami," tegas Nikzad seraya mengatakan bahwa lebih dari 100 penumpang asal Iran dan Rusia berada di dalam pesawat yang dikendalikan oleh Shahbazi.

Seorang pilot Iran Air menyatakan bahwa masalah teknis itu diakibatkan oleh sebuah plastik yang tersangkut yang mengakibatkan roda depan pesawat tidak dapat dikeluarkan bahkan secara manual. Di bagian lain pernyataannya, Nikzad menyinggung kejahatan musuh-musuh Republik Islam Iran yang menjatuhkan sanksi terhadap IranAir karena isu politik dan militer.

Pesawat Boeing 727 milik IranAir, beserta 94 penumpang dan 19 kru, selamat mendarat tanpa roda depan di Bandara Mehrabad Tehran pada 18 Oktober lalu. Pesawat tersebut terbang dari Moskow menuju Bandara Internasional Imam Khomeini, Tehran. Namun akibat kendala teknis itu, pendaratan dilakukan di Bandaran Mehrabad.

7. John Coward 
Pilot Inggris yang melakukan pendaratan darurat ke bandara Heathrow, London telah dipuji sebagai pahlawan. Penerbangan 038 British Airways terpaksa melakukan pendaratan darurat setelah mengalami bencana kegagalan mesin.


John Coward Pilot Inggris yang melakukan pendaratan darurat ke bandara Heathrow

Kecelakaan pesawat yang hanya dalam beberapa detik menjadi bencana besar di jalan raya, tapi berkat pemikiran cepat co-pilot John Coward, semua 152 penumpang dan awak mendarat dengan selamat.

Pada British Airways yang disponsori konferensi pers Kapten Paul Burkill menjelaskan bahwa itu sebenarnya First Officer Coward "yang merupakan percontohan penanganan pada pendekatan akhir, dan melakukan pekerjaan yang paling luar biasa."

"Sebagai Kapten pesawat Saya bangga untuk mengatakan bahwa setiap anggota tim saya memainkan bagian mereka ahli kemarin, menampilkan standar tertinggi keahlian dan profesionalisme," kata Burkill. "Terbang adalah tentang kerja sama tim, dan kami memiliki tim yang luar biasa di papan kemarin."

8. Tadeusz Wrona, mendarat tanpa roda
Ia mendaratkan Boeing 767 dari Newark, New Jersey, Amerika Serikat, di landasan Bandara Warsawa, Polandia, tanpa roda pada 1 November 2011. Api sempat berkobar akibat gesekan bodi pesawat, asap pun mengepul pekat. Tapi, nyatanya, semua berjalan mulus. 


Tadeusz Wrona, mendarat tanpa roda

Sebanyak 220 penumpang dan 11 kru di dalamnya selamat. “Ketika pesawat berhenti di ujung landasan, saya belum yakin dengan kondisi para penumpang mengingat asap yang mengepul dan api yang berkobar,” kata Wrona, yang telah menerbangkan pesawat jenis ini sekitar 500 kali dan selalu mendarat dengan mulus.

“Saya pikir pesawat mendarat mulus dengan roda, tapi dari jendela saya melihat asap dan percikan api,” ujar seorang penumpang. Presiden Direktur LOT Polish Airlines Bronislaw Kwasniewski menyebut Wrona sebagai pahlawan. “Kami cuma berusaha tidak melakukan kesalahan dan pesawat menyentuh landasan terlalu keras,” ujar Wrona seperti ditulis DailyMail pada 2 November 2011.

9. Chesley “Sully” Sullenberger
Pertanyaan lain yang tersisa dari insiden jatuhnya pesawat di Sungai Hudson yang “ajaibnya” tak meninggalkan korban jiwa, siapakah sang pilot terampil dan “berkepala dingin” itu? Sang pilot yang menyelamatkan 155 penumpang (termasuk kru) itu kini menjadi “pahlawan dadakan” di AS, yang mengundang pujian dari wali kota dan gubernur serta langsung memunculkan situs penggemar (fan club online).


Chesley “Sully” Sullenberger

Akibat menabrak sekumpulan burung, kedua mesin pesawat US Airways 1549 yang baru lepas landas dari Bandara LaGuardia kehilangan tenaga. Chesley Sullenberger, yang menerbangkan pesawat tujuan Charlotte, North Carolina, itu akhirnya mendaratkannya di Sungai Hudson yang dingin pada 15 Januari 1989. 

Berkat aksi heroiknya itu, 155 penumpang selamat. “Waktu itu kami akan berlibur ke New York,” ujar Karin Rooney dalam sebuah acara televisi empat tahun setelah kejadian. “Ketika musibah itu terjadi, saya amat mengagumi sang pilot. Andai kami bisa seperti dia.”

10. David Cronin
Boeing 747-122 ini dalam perjalanan dari San Francisco ke Sydney baru saja meninggalkan persinggahan kedua di Honolulu Hawaii, ketika mengalami kegagalan pintu kargo. 


Kapten David Cronin itu tetap mampu melakukan pendaratan darurat kembali di Honolulu

Ini menyebabkan dekompresi yang meniup beberapa baris kursi dan menewaskan 9 penumpang. Kapten David Cronin itu tetap mampu melakukan pendaratan darurat kembali di Honolulu dan sisanya 328 penumpang dan 18 awak dievakuasi dalam waktu 45 detik.