Indah S. Tantular, seorang peneliti dari Institut Penyakit Tropis, Universitas Airlangga, mengembangkan teknik deteksi malaria yang cepat, mudah, dan murah. Teknik deteksi ini didasarkan pada pengamatan ada tidaknya parasit malaria dalam darah manusia.
Plasmodium falciparum, parasit malaria, dalam pengamatan mikroskop
Indah mengungkapkan bahwa teknik deteksi malaria yang dikembangkannya hanya memanfaatkan mikroskop cahaya dan cairan acridine orange.
Ternyata, untuk mendeteksi malaria dengan teknik ini, caranya sangat mudah. Indah bahkan menyebutkan, orang yang tak ahli pun bisa melakukannya. Parasit malaria dapat ditandai dengan mudah lewat observasi mikroskop.
"Untuk mendeteksi, cukup mengambil sampel darah dan membuat hapusan tipis pada kaca preparat mikroskop. lalu, tambahkan cairan acridine orange pada sampel, kemudian diamati. Parasit akan tampak berpendar," urai Indah.Indah mengungkapkan, bila dalam pengamatan mikroskop terdapat obyek berpendar dengan bentuk serupa cincin atau pisang, maka besar kemungkinan orang yang diambil sampel darahnya menderita malaria.
Menurut Indah, teknik yang dikembangkannya lebih murah dan mudah ditempatkan di wilayah endemik malaria.
"Biasanya kita harus pakai mikroskop fluoresens yang mahal dan besar sehingga sulit dibawa ke daerah endemik," kata Indah.Kemungkinan untuk membawa perangkat ke daerah endemik mendukung program deteksi malaria sejak dini. Tenaga kesehatan tak harus menunggu ada orang yang sakit parah, tetapi bisa melakukan screening di suatu wilayah endemik malaria.
Teknik deteksi malaria ini dikembangkan Indah setelah bertahun0tahun bergelut dengan malaria di berbagai daerah endemik seperti Sumbawa, Nusa Tenggara Timur, Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Halmahera, Pulau Seram, Pulau Buru, dan Pulau Bangka.
Institut Penyakit Tropis Universitas Airlangga adalah salah satu pusat riset unggulan Indonesia. Lembaga penelitian tersebut juga mempelajari virus flu burung dan pengembangan vaksinnya serta teknologi sel punca untuk penanganan beragam penyakit.