PalingUniks.com — Ternyata perilaku adopsi anak tak hanya dijumpai pada manusia saja, akan tetapi juga pada hewan. Hal ini mengusik para ilmuwan. Mengapa hewan mengadopsi anak? Apakah hewan juga punya empati?
Lumba-lumba hidung botol yang mengalami kecacatan menggosokkan tubuhnya pada paus sperma.
Jenny Holland, kontributor National Geographic dan juga penulis buku Unlikely Friendship, yang terbit tahun 2011, berupaya menguraikan alasan perilaku adopsi hewan tersebut.
Beberapa contoh perilaku adopsi hewan dicontohkan. Misalnya, pengguna forum Reddit ramai membicarakan paus sperma yang merawat lumba-lumba hidung botol yang cacat.
Holland juga memberikan contoh lain, seperti anjing yang memelihara anak tupai seperti anaknya sendiri hingga kera yang memelihara kucing.
Dalam buku terbarunya, Unlikely Loves, Holland juga memberikan contoh adanya Dalmatian yang mengadopsi anak lembu dan kambing, yang membantu jerapah muda menemukan kepercayaan diri.
Dalam menguraikan soal perilaku adopsi pada hewan, Holland mengatakan, manusia takkan pernah bisa tahu pasti alasannya. Namun, manusia bisa menduga jika memiliki pengetahuan tentang otak hewan itu.
Dalam kasus tertentu, bisa saja ada hewan yang mengadopsi bayi yang satu spesies dengannya. Hal ini merupakan produk insting.
"Secara insting, hewan merawat bayinya dan membantunya bertahan sehingga ia juga sukses menurunkan DNA-nya," kata Holland.
"Jadi, ada keterkaitan erat di sana, membuat hewan itu juga bisa menawarkan kepedulian pada hewan yang membutuhkan," tambahnya .Jill Goldman, seorang pakar ekologi perilaku dari California, mengatakan, keinginan untuk sama-sama mendapatkan manfaat juga bisa menjadi latar belakang adopsi.
"Untuk mempertahankan hubungan, saya percaya kedua pihak harus memberikan manfaat dalam hal tertentu," kata Goldman.
"Soal bagaimana mendefinisikan manfaat, itu hal lain. Hubungan sosial dalam hal tertentu memberi manfaat cukup selama tak disertai kompetisi atau ancaman," tambahnya.Alasan adopsi juga bisa diuraikan dari sisi hormonal. Induk hewan yang telah melahirkan punya hormon oksitosin tinggi, hormon yang memicu bangunan ikatan.
Lalu, bagaimana dengan soal empati pada hewan? Mungkinkah adopsi semata-mata disebabkan oleh rasa empati?
Kemudian Holland mengatakan, mungkin saja. Mamalia memang punya empati, punya kemauan untuk membebaskan yang lain dari kesengsaraan maupun kesendirian.
"Mamalia punya struktur otak yang sama, sistem yang sama, yang terkait dengan emosi yang kita miliki, jadi mengapa tidak?" kata Holland.Dan Holland juga mengatakan, perilaku adopsi pada hewan memberi wawasan lain tentang dunia hewan.
"Kadang kita tak menghargai mereka sebagai makhluk yang juga kompleks, punya kemampuan berpikir dan berempati," ungkapnya.